Warning: include_once(/var/www/nurkholis/data/www/nurkholis.web.id/wp-content/plugins/wp-super-cache/wp-cache-phase1.php): failed to open stream: No such file or directory in /var/www/nurkholis/data/www/nurkholis.web.id/wp/wp-content/advanced-cache.php on line 22

Warning: include_once(): Failed opening '/var/www/nurkholis/data/www/nurkholis.web.id/wp-content/plugins/wp-super-cache/wp-cache-phase1.php' for inclusion (include_path='.:/opt/php74') in /var/www/nurkholis/data/www/nurkholis.web.id/wp/wp-content/advanced-cache.php on line 22

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /var/www/nurkholis/data/www/nurkholis.web.id/wp/wp-content/advanced-cache.php:22) in /var/www/nurkholis/data/www/nurkholis.web.id/wp/wp-content/plugins/wp-editormd/src/Main.php on line 113

Warning: include(/var/www/nurkholis/data/www/nurkholis.web.id/wp-content/plugins/wp-super-cache/wp-cache-base.php): failed to open stream: No such file or directory in /var/www/nurkholis/data/www/nurkholis.web.id/wp/wp-content/plugins/wp-super-cache/wp-cache.php on line 115

Warning: include(): Failed opening '/var/www/nurkholis/data/www/nurkholis.web.id/wp-content/plugins/wp-super-cache/wp-cache-base.php' for inclusion (include_path='.:/opt/php74') in /var/www/nurkholis/data/www/nurkholis.web.id/wp/wp-content/plugins/wp-super-cache/wp-cache.php on line 115

Warning: include_once(/var/www/nurkholis/data/www/nurkholis.web.id/wp-content/plugins/wp-super-cache/ossdl-cdn.php): failed to open stream: No such file or directory in /var/www/nurkholis/data/www/nurkholis.web.id/wp/wp-content/plugins/wp-super-cache/wp-cache.php on line 138

Warning: include_once(): Failed opening '/var/www/nurkholis/data/www/nurkholis.web.id/wp-content/plugins/wp-super-cache/ossdl-cdn.php' for inclusion (include_path='.:/opt/php74') in /var/www/nurkholis/data/www/nurkholis.web.id/wp/wp-content/plugins/wp-super-cache/wp-cache.php on line 138

Warning: Cannot modify header information - headers already sent by (output started at /var/www/nurkholis/data/www/nurkholis.web.id/wp/wp-content/advanced-cache.php:22) in /var/www/nurkholis/data/www/nurkholis.web.id/wp/wp-content/plugins/wp-super-cache/wp-cache-phase2.php on line 1539
Video Best-Practice, Pengalaman Berharga bersama KDEnlive | Catatan Nurkholis

Video Best-Practice, Pengalaman Berharga bersama KDEnlive

Banyak di antara kita yang masih belum mengetahui aplikasi editing video yang satu ini, namanya KDE Non Linear Video Editor atau yang lebih dikenal dengan KDEnlive. Di saat banyak di antara kita menggunakan software proprietary seperti Adobe Premiere, Adobe After Efect, Corel Studio, Sony Vegas, Camtasia, Pineacle Studio, dan lain-lain, ternyata banyak hal menarik yang saya jumpai saat menggunakan software opensource ini.

Pelatihan Video Best Practice Madrasah
Sebagai madrasah peserta program kemitraan Australia-Indonesia, saya ditunjuk sebagai perwakilan madrasah untuk mengikuti pelatihan Video Best Practice Madrasah. Awalnya saya bingung, apa yang akan diberikan di sana, terlebih lagi, laptop saya mungkin satu-satunya laptop yang menggunakan OS linux Ubuntu. Akhirnya saya pun mencoba mencari-cari video editor untuk linux. Dari sekian banyak pilihan, akhirnya saya pun jatuh hati sama KDEnlive, karena dilihat dari fiturnya, serta tampilannya yang simple.
Apa yang saya bayangkan saat pelatihan rupanya sebagian benar, di sana saya diajari cara pengambilan foto yang baik, kode etik seputar fotografi, tata cara membuat video best practice dan praktik langsung editing video. Tentunya, dari sekian banyak sesi saya hanya bisa melongo pada sesi editing video. Pemateri hanya memberikan tutorial menggunakan Windows Movie Maker dan Pineacle Studio. Akhirnya ya.. saya sendirian maenan KDEnlive sambil bingung nyari efek-efek video. sambil merencanakan ending video yang hendak saya buat nantinya. Ya, benar, saya membuat pesan-pesan untuk ending video terlebih dahulu.
Berlagak Kameramen
Sebagai RTL (Rencana Tindak Lanjut) hasil pelatihan adalah mendokumentasikan semua hasil-hasil kegiatan madrasah selama Program Kemitraan dengan Australia. Mulai dari kondisi awal Madrasah, proses pendampingan, dan hasil pendampingan. 
Dengan hanya bermodal Kamera Pocket Sony DSC-W830, akhirnya saya berlagak sebagai kameramen. Jepret sana-jepret sini, Record sana-record sini. Anak-anak bermain, menulis, guru menerangkan, kegiatan olahraga, senam, pokoknya semuanya saya rekam. Meski ndak punya ide mau diapakan video tersebut tapi saya coba untuk terus merekam. Hal ini saya lakukan selama seminggu pertama. Karena masih belum nemu ide, akhirnya saya memutuskan untuk menggarap opening videonya dulu. Ternyata, dari sekian banyak yang direkam, hanya beberapa yang cocok untuk opening video, dan itu pun hasilnya tidak mencapai satu menit.
Suka-duka Sesi Wawancara
Capek di opening, saya mencoba menyempurnakan ending yang sudah saya buat, seraya menyiapkan teks untuk wawancara. Ternyata sesi ini tak semudah yang dibayangkan pada awalnya. Karena hanya menggunakan kamera poket, tentunya suara yang masuk tidaklah bagus, akhirnya saya ingat bahwa ada kawan yang menggunakan Smartphonenya untuk recording audio.
Akhirnya, dengan perlengkapan seadanya, proses wawancara pun dimulai, itu pun ndak mulus. Tata letak kamera rupanya juga bukan hal yang mudah, terutama bagi saya yang baru pertama kali bergelut dengan hal semacam ini. Belum lagi pihak yang diwawancara tidak selalu siap, selama seminggu ini banyak waktu tersita untuk merekam proses wawancara Kepala, Guru, Komite, dan Siswa. Di antara sekian personal yang ada, wawancara siswa merupakan pengambilan gambar terbaik. Sementara wawancara dengan komite, banyak mengalami gangguan. Wawancara dengan kepala yang berlangsung hingga 4 hari, serta wawancara dengan guru yang susah untuk mau diajak menjadi guru model.
KDEnlive, Force Close, Stuck Effect, Minim Tutorial
Boleh dibilang, ini adalah kelemahan mendasar dari software KDEnlive ini, Force Close, sering crash. Untungnya tidak mengganggu save project yang ada. Karena saat, terjadi crash, di situ pula aplikasi ini memiliki backup terhadap project terakhir. Jadi tidak ada yang namanya Project rusak karena program error. Berbeda dengan milik teman yang sehari sebelum setor hasil video kehilangan file projectnya karena eror pada Pineacle, sehingga ia mengulangi lagi dari awal. 
Meskipun demikian, sering crashnya aplikasi ini juga menghambat kecepatan penggarapan project. Ditambah lagi tidak tersedianya efek-efek cantik layaknya editor video proprietary lainnya. Belum lagi tutorialnya yang sulit dicari di google, khususnya yang bahasa Indonesia. Saya cukup memaklumi hal ini, karena sedikitnya pengguna linux di Indonesia ini dan begitu populernya software proprietary di kalangan kita.
Jamendo, AudioNetwork, Sparty, & Tutorial Youtube yang Cukup Membantu
Menyusun project menjadi video yang menarik tentu dibutuhkan Audio yang menarik pula, semenjak pulang dari pelatihan, saya sudah mencoba mencari backsound yang cocok untuk video tersebut. Dari Jamendo banyak jenis-jenis music yang cukup bagus, saking banyaknya hingga membuat saya sempat ingin mengubah plot video yang ada (karena menyesuaikan lagu). Hingga akhirnya mencoba mencari-cari di Audionetwork, dan Alhamdulillah, menemukan Backsound yang cocok, suasana musik yang bersemangat, tapi tidak meninggalkan kesan alamiah.
Semenjak itu, penggarapan video tersebut mulai terasa mudah. Musik yang cocok rupanya mempengaruhi semangat yang sempat kacau. Keterbatasan KDEnlive pun akhirnya dapat teratasi dengan tutorial-tutorial di Youtube, khususnya Tutorial oleh Sparty yang mengupas habis KDEnlive dan menunjukkan betapa powerfullnya editing video. Dari tutorial Sparty itu juga, saya menemukan cara bagaimana menyingkronkan antara audio yang direkam menggunakan smartphone dengan video wawancara. Cukup dengan tepuk tangan / petikan jari dan jeda waktu selama beberapa detik sebelum rekaman.
Deadline & Seleksi Video yang Mendebarkan
Selama tiga minggu terhitung semenjak pelatihan video, akhirnya video tersebut dapat terselesaikan tepat sehari sebelum seleksi video dilaksanakan. Sempat pesimis, karena video saya hanya memanfaatkan fitur fade to black & fade from black saja sebagai efeknya. Sementara peserta peserta lain dengan software proprietary yang dilengkapi efek-efek cantik nan elegan, tentu dapat menciptakan hasil video yang jauh lebih baik.
Satu demi satu video dari 14 peserta di Kabupaten Pasuruan ditayangkan, semua rata-rata berdurasi 9-11 menit. Hanya punya saya sendiri cuma berdurasi 6 menit 21 detik. Padahal kriteria penilai awalnya adalah berkisar 7 hingga 10 menit. Setengah pesimis, dan setengah optimis, terutama saat melihat tampilan-tampilan dari peserta lain yang di bawah perkiraan. Hingga akhirnya tiba pada video saya, semuanya tertegun, bahkan semua yang hadir di situ memberikan applaus yang meriah setelah video saya selesai diputar.
Hingga berakhirnya kegiatan seleksi tersebut, masih ada desas-desus bahwa video saya lah yang bakal tampil dan menjuarai nanti di puncak acara. Senang deh rasanya. tak disangka-sangka. Mungkin pesan-pesan teks yang saya buat itu jadi daya tarik video yang ada.
Pengumuman Seleksi, Revisi, dan Masalah Penempatan Logo
Setelah dua minggu akhirnya diambil 12 terbaik dari 3 Kabupaten. Dari hasil tersebut, diberikan masukan-masukan dari juri serta kriteria baru oleh juri terutama dalam hal durasi video (yang semula maksimal 10 menit harus menjadi maksimal 7 menit). Video saya tidak banyak mendapat kritik, kritik yang paling “lucu” menurut saya adalah “teks closing tolong dianimasikan”. Akhirnya saya gunakan efek typewritter untuk memenuhi kriteria juri. 
Ada lagi masukan yang paling krusial, yaitu masalah penggunaan dan penempatan logo, sehingga saya harus edit video tersebut berulang kali. belum lagi kalau upload setidaknya membutuhkan waktu 2 jam. Cukup menguras waktu.
Puncak Acara, & Video Terbaik
Akhirnya di puncak acara, tidak disangka-sangka video saya rupanya ditayangkan di acara inti. Sayangnya suara percakapan di video saya tidak muncul, rupanya sound yang digunakan pihak audio adalah Mono, sementara saya menggunakan stereo pada video saya. Kendati demikian, para pemirsa masih dapat menangkap konten video saya karena bantuan teks-teks yang ada di video. Hal ini juga menunjukkan bahwa video saya adalah video terbaik dari seleksi video best-practice. Padahal sebelumnya saya sempat pesimis dengan hasil karya dari kabupaten Jember maupun Probolinggo. Tapi rupanya juri cukup terkesan dengan video saya sejak seleksi di Kabupaten tempo dulu. Al hasil, Saya meraih juara pertama untuk Kategori Video Best-Practice, dan Mendapatkan hadiah yang cukup menggembirakan. Kamera Sony DSC-H300
“Karya terbaik, tidak harus selalu muncul dari perlengkapan yang terbaik”. Itulah pengalaman panjang saya menggunakan KDEnlive, adapun hasil video saya bisa disaksikan di sini:


2 pemikiran pada “Video Best-Practice, Pengalaman Berharga bersama KDEnlive”

Tinggalkan komentar

%d blogger menyukai ini: